DAMPAK JATUHNYA KONSTANTINOPEL KE TANGAN TURKI OTTOMAN TERHADAP KOLONIALISME DI NUSANTARA
Siapa yang tidak tahu Konstantinopel? Sebuah kota milik Kekaisaran Bizantium, yang terbesar dan termakmur di Eropa selama abad pertengahan. Wajar saja kalau kota sering diperebutkan oleh kerajaan besar pada masa itu, seperti Kerajaan Persia dibawah Koresh Agung, Makedonia dibawah Philip II, Kekhalifahan Umayyah dibawah kepemimpinan Muawiyah bin Abu Sufyan sampai dengan Kesultanan Ottoman dibawah kepemimpinan Sultan Mehmed II.
Konstantinopel memang begitu istimewa dan diidam-idamkan oleh banyak kerajaan saat itu karena berbagai faktor, seperti letaknya yang strategis dan berada di perbatasan Eropa dan Asia serta menjadi pusat perdagangan penting bagi bangsa Eropa pada masanya. Bangsa Eropa pada saat itu mempunyai akses untuk mendapatkan rempah-rempah dari wilayah Asia lewat Konstantinopel.
Disaat Kerajaan Bizantium mulai melemah dan Kesultanan Turki Utsmaniyah (Ottoman) sedang berkembang dengan pesat dan sangat ditakuti, maka posisi Konstantinopel sebagai ibukota Bizantium dalam ancaman. Begitu pun dengan perdagangan bangsa Eropa yang sangat bergantung dengan kota ini. Ketika Konstantinopel jatuh ke tangan Ottoman, maka hal tersebut mengubah peradaban bangsa Eropa. Lalu bagaimana dampak jatuhnya Konstantinopel ke tangan Kesultanan Ottoman terhadap nasib kehidupan orang-orang Nusantara pada saat itu? Akan kita bahas pada artikel kali ini.
1. Sejarah singkat berdirinya Konstantinopel
Konstantinopel, yang sekarang bernama Istanbul, adalah sebuah kota yang dikenal sebagai ibukota Kekaisaran Bizantium. Sebelum bernama Konstantinopel, daerah ini bernama Byzantium yang didirikan pada masa kolonial Yunani sekitar 600 SM. Konstantinopel didirikan oleh Kaisar Konstantinus I dan diresmikan pada tanggal 11 Mei 330 M. Konstantinus I ingin menjadikan kota ini sebagai ibukota baru Kekaisaran Romawi karena alasan geografis yang lebih strategis dibanding Roma. Pada awalnya, kota ini diberi nama “Nova Roma” yang artinya adalah Roma Baru. Namun, masyarakat disana sehari-hari menyebutnya sebagai “Constantinople” atau Kota Konstantin.
Di dalam kota, Kaisar Konstantinus I membuat beberapa bangunan seperti hippodrome, forum, rumah, istana, dan kuil. Salah satu saksi bisu dari peninggalan Kekaisaran Bizantium di Konstantinopel yang masih ada dan berdiri kokoh sampai saat ini adalah Hagia Sophia, sebuah bangunan berumur hampir 1.500 tahun yang awalnya berfungsi sebagai gereja bagi umat ortodoks dan sekarang dialihfungsikan menjadi masjid.
2. Kemunduran Kekaisaran Bizantium
Pada masa kepemimpinan Kaisar Heraclius, Konstantinopel sering mengalami peperangan yang dahsyat. Penyerangan dilakukan oleh bangsa Avar, Bulgar, Sassaniyah, dan Umayyah. Namun semuanya tidak bisa menaklukkan kota ini. Selain adanya konflik dari kerajaan lain, Kekaisaran Bizantium juga mengalami konflik di dalam negaranya sendiri, seperti kemunduran populasi hingga permasalahan dalam bidang keagamaan, yaitu Ikonoklasme pada masa rezim Leo III.
3. Jatuhnya Konstantinopel di tangan Turki Ottoman
Konstantinopel terus digempur habis-habisan oleh pasukan muslim sejak Heraclius berkuasa. Khusus untuk Turki Ottoman yang sedang berkembang pesat pada saat itu menjadi ancaman serius bagi Bizantium. Turki Ottoman sudah mengincar Konstantinopel sejak masa Sultan Murad II, namun gagal. Percobaan penaklukan kota itu diteruskan oleh anaknya yang bernama Sultan Mehmed II, atau yang lebih dikenal dengan Muhammad al-Fatih yang ketika itu baru berumur 21 tahun. Pengepungan dimulai tanggal 6 April 1453. Setelah terjadinya pertempuran yang sangat hebat antara Kesultanan Ottoman dibawah Sultan Mehmed II melawan Kekaisaran Bizantium dibawah Konstantin XI, kota Konstantinopel pun jatuh ke tangan Ottoman pada tanggal 29 Mei 1453. Konstantin XI pun gugur dalam peperangan tersebut.
Sejak saat itu, Konstantinopel diubah menjadi ibukota dari Kesultanan Turki Ottoman selama kurang lebih 600 tahun. Hagia Sophia yang merupakan ikon kebesaran Bizantium dialihfungsikan menjadi masjid. Citra Konstantinopel sebagai pusat Kristen Ortodoks diubah secara total menjadi kota yang bernuansa Islam. Konstantinopel menjadi ibukota dari Kesultanan Ottoman sampai runtuhnya pada tanggal 3 Maret 1924 setelah kekalahan dalam perang dunia I. Sejak saat itu, Konstantinopel diubah namanya menjadi Istanbul, dan Turki menjadi negara yang paling sekuler di dunia.
4. Dampak kejatuhan Konstantinopel terhadap kolonialisme di Nusantara
Jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Ottoman membuat bangsa Eropa kelimpungan. Bagaimana tidak, kota itu sudah menjadi pusat perdagangan antara bangsa Eropa dalam mencari rempah-rempah dari Asia dan bangsa Eropa sangat bergantung dengan Konstantinopel. Ketika Konstantinopel jatuh, sontak jalur perdagangan antara Eropa dengan Asia terputus sehingga bangsa Eropa harus mencari jalan lain agar masih bisa mendapatkan rempah-rempah.
Hal inilah yang membuat bangsa Eropa melakukan ekspansi besar-besaran ke wilayah timur. Bangsa Eropa berlomba-lomba berekspansi dimana hal tersebut belum pernah terjadi sebelumnya. Ekspedisi mula-mula dilakukan oleh Spanyol dan Portugis, bahkan sampai kedua kerajaan tersebut terlibat konflik soal pembagian wilayah yang akhirnya diselesaikan lewat Perjanjian Tordesilas pada 7 Juni 1494.
Ekspedisi di Nusantara diawali oleh kedatangan Portugis di Maluku pada tahun 1512 dibawah Alfonso de Albuquerque. Disusul oleh Spanyol yang juga mendarat di Maluku. Belanda pun juga mendarat di Banten pada tahun 1596 yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman. Dari sinilah awal kisah dan babak baru dari era kolonialisme di Nusantara.
REFERENSI
Hidayat, R. (2019, Juli 24). Dampak Ekonomi dan Politik dari Jatuhnya Konstantinopel ke Turki Usmani 1453 Bagi Bangsa Eropa. Retrieved from Kitapunya.net: https://www.kitapunya.net/dampak-ekonomi-dan-politik-dari-jatuhnya-kontantinope/
Konstantinopel, S. S. (2020, Juni 25). Elfandrian Putra. Retrieved from Rancah: https://www.rancah.com/pendidikan/71454/sejarah-singkat-kota-konstantinopel/
Nailufar, N. N. (2020, Februari 6). Kedatangan Belanda di Indonesia. Retrieved from Kompas: https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/06/100000269/kedatangan-belanda-di-indonesia?page=all
Primadia, A. (2017, Januari 5). Sejarah Konstantinopel — Dari Awal Sampai Kejatuhannya. Retrieved from SejarahLengkap.com: https://sejarahlengkap.com/dunia/sejarah-konstantinopel
Raharja, A. D. (2020, Mei 29). Kejatuhan Konstantinopel dan Awal Mula Kolonialisme. Retrieved from Haluan: https://haluan.co/article/menembus-tembok-konstantinopel
Welianto, A. (2020, Mei 29). Portugis, Bangsa Eropa Pertama yang Masuk ke Indonesia. Retrieved from Kompas: https://www.kompas.com/skola/read/2020/05/29/200000969/portugis-bangsa-eropa-pertama-yang-masuk-ke-indonesia?page=all#:~:text=KOMPAS.com%20%2D%20Bangsa%20Portugis%20merupakan,Indonesia%20dengan%20memonopoli%20rempah%2Drempah.